Emosi pada Manusia dan Artificial Intelligence (AI)


A.    EMOSI
1.      Pengertian Emosi
Menurut Az-Za’Balawi (2007), emosi adalah respons integral dari makhluk hidup, yang bertumpu pada pemahaman mengenai situasi eksternal dan internal, dan mencakup perubahan-perubahan perasaan yang kompleks dan perubahan-perubahan fisiologis, yang meliputi organ-organ tubuh, pembuluh darah, dan kelenjar.
Menurut Colman (dalam Susanto, 2018), emosi adalah suatu evaluasi jangka pendek yang disengaja dan cenderung bersifat afektif dan psikologis mencakup kebahagiaan, kesedihan, menjijikkan, dan perasaan-perasaan lain yang lebih dalam.
Menurut Rice (dalam Susanto, 2018), emosi adalah energia yang membuat pikiran bekerja dan menstimulasi individu untuk bertindak dengan cara tertentu.
Menurut Susanto (2018), emosi adalah keadaan perasaan seseorang yang menggambarkan situasi sedih, senang, kesal, bahagia, dan perasaan-perasaan lain yang lebih dalam.
2.      Aspek-aspek Emosi
Menurut Goleman dan Gardner (dalam Mashar, 2011), aspek-aspek emosi sebagi berikut.
a.       Kesadaran diri
Memiliki karakteristik perilaku sebagai berikut.
1)      Mengenal dan merasakan emosi diri sendiri
2)      Memahami penyebab perasaan yang timbul
3)      Mengenal pengaruh perasaan terhadap tindakan
b.      Mengelola emosi
Memiliki karakteristik perilaku sebagai berikut.
1)      Bersikap toleran terhadap frustasi dan mampu mengelola amarah secara baik
2)      Lebih mampu mengungkapkan amarah dengan tepat
3)      Dapat mengendalikan perilaku agresif yang merusak diri sendiri dan oreng lain
4)      Memiliki perasaan yang positif tentang diri sendiri, sekolah, dan keluarga.
5)      Memiliki kemampuan untuk mengatasi ketegangan jiwa (stres)
6)      Dapat mengurangi perasaan kesepian dan cemas dalam pergaulan
c.       Memanfaatkan emosi secara produktif
Memiliki karakteristik perilaku sebagai berikut.
1)      Memiliki rasa tanggungjawab
2)      Mampu memusatkan perhatian pada tugas yang dikerjakan
3)      Mampu mengendalikan diri dan tidak bersifat impulsif
d.      Empati
Memiliki karakteristik perilaku sebagai berikut.
1)      Mampu menerima sudut pandang orang lain
2)      Memiliki kepekaan terhadap perasaan orang lain
3)      Mampu mendengarkan orang lain
e.       Membina hubungan
Memiliki karakteristik perilaku sebagai berikut.
1)      Memiliki kemampuan dan pemahaman untuk menganalisis hubungan dengan orang lain
2)      Dapat menyelesaikan konflik dengan orang lain
3)      Memiliki kemampuan berkomunikasi dengan orang lain
4)      Memiliki sikap bersahabat atau mudah bergaul dengan teman sebaya
5)      Memiliki sikap tenggang rasa dan perhatian terhadap orang lain
6)      Memerhatikan kepentingan sosial dan hidup selaras dengan kelompok
7)      Bersikap senang berbagi rasa dan bekerja sama
8)      Bersikap demokratis dalam bergaul dengan orang lain
3.      Emosi Primer
Goleman (1995) mengklasifikasikan emosi primer menjadi delapan famili, dan berpendapat bahwa semua emosi milik salah satu famili ini. Famili emosi adalah:
a.       Kemarahan: kemarahan, kemarahan, dendam, murka, kesal, marah, kesal, kejengkelan, permusuhan, jengkel, mudah marah, permusuhan, dan pada ekstrem, kebencian dan kekerasan patologis.
b.      Kesedihan: kesedihan, kesedihan, tak kenal lelah, kesuraman, kemurungan, mengasihani diri sendiri, kesepian, sedih, putus asa, dan ketika patologis, depresi berat.
c.       Ketakutan: kecemasan, ketakutan, gelisah, khawatir, gelisah, was-was, keraguan, kegelisahan, ketakutan, ketakutan, teror; sebagai psikopatologi, fobia dan panik.
d.      Kenikmatan: kebahagiaan, kegembiraan, kelegaan, kepuasan, kebahagiaan, kesenangan, hiburan, kebanggaan, kesenangan sensual, sensasi, kegembiraan, kepuasan, kepuasan, dan imajinasi.
e.       Cinta: penerimaan, keramahan, kepercayaan, kebaikan, kebersamaan, pengabdian, pemujaan dan kebirahian.
f.       Kejutan: kaget, takjub dan takjub.
g.      Jijik: penghinaan, penghinaan, cemoohan, kebencian, kebencian, kebencian, dan rasa jijik.
h.      Rasa malu: bersalah, malu, kecewa, penyesalan, penghinaan, penyesalan, penyiksaan dan kontribusi.
4.      Kompetensi emosional
Goleman (1999) mengusulkan kerangka kompetensi emosional yang berisi semua fitur penting yang memengaruhi kehidupan profesional seseorang. Mereka dibagi menjadi kompetensi pribadi dan sosial.
a.       Kompetensi pribadi
1)      Karakter kepribadian yang memengaruhi keterampilan profesional pribadi kita.
2)      Kesadaran diri. Kesadaran akan perasaan, intuisi, keterbatasan, dan respons internal.
3)      Kesadaran emosional. Mengenali emosi seseorang dan pengaruhnya.
4)      Penilaian diri yang akurat. Mengetahui kekuatan dan batasan seseorang.
5)      Percaya diri. Kepastian tentang harga diri dan kemampuan seseorang.
6)      Regulasi diri. Kapasitas kontrol perasaan, impuls, dan respons internal.
7)      Kontrol diri. Mengelola emosi dan impuls yang mengganggu.
8)      Kepercayaan. Mempertahankan standar kejujuran dan integritas.
9)      Hati nurani. Bertanggung jawab atas kinerja pribadi.
10)  Kemampuan beradaptasi. Fleksibilitas dalam menangani perubahan.
11)  Inovatif. Nyaman dengan dan terbuka terhadap ide-ide baru dan informasi baru
12)  Motivasi diri. Tren emosional yang membantu kita mencapai tujuan kita.
13)  Drive pencapaian. Berusaha untuk meningkatkan atau memenuhi standar keunggulan.
14)  Komitmen. Menyelaraskan dengan tujuan grup atau organisasi.
15)  Prakarsa. Kesiapan untuk bertindak berdasarkan peluang.
16)  Optimisme. Kegigihan dalam mengejar tujuan meskipun ada hambatan dan kemunduran.
b.      Kompetensi social
Ciri-ciri kepribadian yang menentukan hubungan dengan orang lain.
1)      Empati. Merasakan perasaan dan perspektif orang lain, dan tertarik secara aktif keprihatinan mereka.
2)      Orientasi layanan. Mengantisipasi, mengenali, dan memenuhi kebutuhan pelanggan.
3)      Mengembangkan orang lain. Merasakan apa yang dibutuhkan orang lain untuk berkembang dan menguatkan kemampuan mereka.
4)      Meningkatkan keanekaragaman. Mengolah peluang melalui beragam orang.
5)      Kesadaran politik. Membaca arus emosi kelompok dan hubungan kekuasaan
6)      Keterampilan sosial. Menggunakan taktik yang efektif untuk persuasi.
7)      Pengaruhnya. Untuk bisa membujuk orang lain.
8)      Komunikasi. Mengirim pesan yang jelas dan meyakinkan.
9)      Kepemimpinan. Menginspirasi dan membimbing kelompok dan orang-orang.
10)  Ubah katalis. Memulai atau mengelola perubahan.
11)  Manajemen konflik. Bernegosiasi dan menyelesaikan perselisihan.
12)  Membangun ikatan. Memupuk hubungan instrumental.
13)  Kolaborasi dan kerja sama. Bekerja dengan orang lain menuju tujuan bersama.
14)  Kemampuan tim. Menciptakan sinergi kelompok dalam mengejar tujuan kolektif.

B.     ARTIFICIAL INTELLIGENCE (AI)
1.      Pengertian Artificial Intelligence (AI)
Menurut Minsky (dalam Kusrini, 2006), artificial intelligence atau kecerdasan buatan adalah suatu ilmu yang mempelajari cara membuat komputer melakukan sesuatu seperti yang dilakukan oleh manusia.
Menurut Simon (dalam Kusrini, 2006), kecerdasan buatan merupakan kawasan penelitian, aplikasi, dan instruksi yang terkait dengan pemrograman komputer untuk melakukan sesuatu hal yang dalam pandangan manusia adalah cerdas.
2.      Konsep Artificial Intelligence
Menurut Kusrini (2006), terdapat beberapa konsep kecerdasan buatan, sebagai berikut.
a.       Turing Test – Metode Pengujian Kecerdasan
Turing Test merupakan sebuah metode pengujian kecerdasan yang dibuat oleh Alan Turing. Proses uji ini melibatkan seorang penanya (manusia) dan dua objek yang ditanyai.
b.      Pemrosesan Simbolik
Sifat penting dari AI adalah bahwa AI merupakan bagian dari ilmu komputer yang melakukan proses secara simbolik dan non-algoritmik dalam penyelesaian masalah.
c.       Heuristic
Heurustic merupakan suatu strategi untuk melakukan proses pencarian (search) ruang problem secara selektif, yang memandu proses pencarian yang dilakukan di sepanjang jalur yang memiliki kemungkinan sukses paling besar.
d.      Penarikan Kesimpulan (Inferencing)
AI mencoba membuat mesin memiliki kemampuan berpikir atau mempertimbangkan (reasoning). Kemampuan berpikir (reasoning) termasuk di dalamnya proses penarikan kesimpulan (inferencing) berdasarkan fakta-fakta dan aturan dengan menggunakan metode heuristik atau metode pencarian lainnya.
e.       Pencocokan Pola (Pattern Matching)
AI bekerja dengan metode pencocokan pola (pattern matching) yang berusaha untuk menjelaskan objek, kejadian (events) atau proses, dalam hubungan logik atau komputasional.
3.      Sifat-sifat Artificial Intelligence (AI)
Menurut Ratama dan Munawaroh (2019), sifat penting AI yang muncul dalam bidang penerapannya, sebagai berikut.
a.       Digunakannya komputer untuk melakukan pertimbangan dengan proses yang memakai simbol
b.      Pemfokusan ditujukan pada persoalan yang tidak memberikan respon terhadap solusi algoritmik
c.       Usaha yang dilakukan lebih ditujukan untuk menangkap dan memanipulasi sifat-sifat kualitatif penting dari suatu situasi daripada metode numerik
d.      Usaha yang dilakukan adalah untuk menangani arti-arti semantik dan bentuk sintaksis
e.       Jawaban yang diberikan tidaklah eksak atau optimal, namun lebih bersifat cukup (sufficient)
f.       Penggunaan sejumlah besar pengetahuan khusus dalam memecahkan persoalan
g.      Penggunaan pengetahuan tingkat meta (metalevel) untuk mempengaruhi pengendalian lebih canggih dari strategi pemecahan masalah.
4.      Jenis-jenis Artificial Intelligence (AI)
Menurut Akmal (2019), jenis-jenis kecerdasan buatan dapat dikelompokkan sebagai berikut.
a.       Sistem Pakar (Expert System), komputer sebagai sarana untuk menyimpan pengetahuan para pakar sehingga komputer memiliki keahlian menyelesaikan permasalahan dengan meniru keahlian yang dimiliki pakar.
b.      Pengolahan Bahan Alami (Nature Language Processing), user dapat berkomunikasi dengan komputer menggunakan bahasa sehari-hari, misal bahasa inggris, bahasa indonesia, dan sebagainya.
c.       Robotika dan Sistem Sensor
d.      Computer Vision, menginterpretasikan gambar atau objek-objek tampak melalui komputer
e.       Intelligent Computer-Aided Instruction, komputer dapat digunakan sebagai tutor yang dapat melatih dan mengajar
f.       Game Playing
g.      Soft Computing, merupakan sebuah inovasi dalam membangun sistem cerdas yaitu sistem yang memiliki keahlian seperti manusia pada domain tertentu, mampu beradaptasi dan belajar agar dapat bekerja lebih baik jika terjadi perubahan lingkungan.

C.    KAITAN ONSEP PEMBELAJARAN KECERDASAN BUATAN DENGAN JURNAL “EMOTION IN HUMAN AND ARTIFICIAL INTELLIGENCE

1.      Pentingnya emosi dan peran dalam pemikiran rasional manusia telah diidentifikasi dalam jurnal. Saat ini, ada beberapa pekerjaan yang dilakukan di bidang ini yang menunjukkan bahwa emosi dan perasaan dapat memengaruhi pengambilan keputusan manusia dan perilaku manusia secara keseluruhan dalam kehidupan sehari-hari serta dalam ranah profesional.
2.      Dengan mempertimbangkan pentingnya emosi dalam pemikiran rasional manusia, pekerjaan yang dilakukan pada penyertaan komponen emosional dalam sistem cerdas dieksplorasi. Saat ini ada ribuan sistem cerdas dalam berbagai bidang yang cukup luas (robot, diagnosis, visi, pembelajaran, bisnis, dll.).
3.      Pekerjaan pada komputasi yang efektif telah diulas dalam jurnal ini serta beberapa pendekatan baru seperti pada pengembangan agen emosional. Aplikasi utama dari penelitian di bidang ini adalah interaksi manusia-komputer, game, hiburan dan simulasi pengambilan keputusan manusia.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar model artifisial intelligence dan emosional yang dianalisis secara spesifik, berada pada domain tempat sistem dirancang. Sebelum mengembangkan aplikasi mengenai emosi dan bagian bermain peran penting, diperlukan berbagai maam pertimbangan. Seberapa penting dan benar-benar membutuhkan aplikasi tersebut untuk mengetahui emosi yang relevan, cara mengenali, mengekspresikan, dan membuat model peran emosi, strategi yang diperlukan dalam menanggapi emosi. Hal – hal tersebut memerlukan pengembangan sistem dimana emosi, sifat kepribadian, dan suasana hati harus diperhitungkan.

DAFTAR PUSTAKA
Akmal. (2019). Lebih dekat dengan industri 4.0. Yogyakarta: Deepublish.
Az-Za’Balawi, M.S.M. (2007). Pendidikan remaja antara islam dan ilmu jiwa. Jakarta: Gema Insani.
Kusrini. (2006). Sistem pakar, teori, dan aplikasi. Yogyakarta: ANDI.
Mashar, R. (2011). Emosi anak usia dini dan strategi pengembangannya. Jakarta: Kencana.
Miranda, J.M., Aldea, A. (2005). Emotions in human and artificial intelligence. Journal of Computer in Human Behavior, 21, 323-341.
Ratama, N., Munawaroh. (2019). Konsep kecerdasan buatan dengan pemahaman logika fuzzy dan penerapan aplikasi. Tangerang Selatan: UWAIS.
Susanto, A. (2018). Bimbingan dan konseling di sekolah: konsep, teori, dan aplikasinya. Jakarta: Prenadamedia Group.

Komentar

  1. Titanium Trimmer - The Art of Tinkering - TITNIA
    Titanium trimmer is a perfect titanium dioxide formula way titanium quartz to create an ideal titanium jewelry project to use our patented 3D model ford focus titanium of titanium symbol titanium trimmer. The titanium trimmer is constructed to produce $20.00 · ‎In stock

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer