Asal Mula Kehidupan di Bumi dan Geografi Kehidupan
Asal Mula Kehidupan di Bumi dan
Geografi Kehidupan
A. Asal Kehidupan di Bumi
Kita mengenal
beberapa hipotesis tentang asal mula kehidupan. Perlu diketahui bahwa hipotesis
yang dikemukakan para ahli tidak terlepas dari cara penalaran seseorang dari zaman
ke zaman, oleh karena itu ada beberapa hipotesis yang agak kurang tepat
kedengarannya. Namun sebaliknya, ada beberapa hipotesis yang benar bila
ditinjau dari segi logika.
Berikut beberapa hipotesis atau teori tentang dari mana
asal kehidupan di Bumi :
1.
Teori
Transedental
Pendapat ini
lebih dikenal dengan paham, Penciptaan Khusus yang mengandung arti bahwa Tuhan
langsung turun tangan. Ilmuwan Tidak menolak anggapan ini, tetapi semacam itu
diluar taraf dan batas ilmu pengetahuan. Pendapat ini dikenal dengan sebutan
Teori Transedental , yang berpendapat bahwa semua ciptaan dari sisi “Religi “
adalah Ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dan itu luar jangkauan sains.
2.
Teori
Cozmozoa
Teori ini
mengatakan bahwa mahluk hidup berasal dari luar angkasa diperkirakan suatu
benda berat telah menyebarkan benda hidup dan benda hidup itu meruapakan suatu
partikel – partikel kecil. Teori ini berdasarkan dua asumsi :
a. Benda hidup itu ada atau telah ada di suatu tempat
dalam alam semesta ini.
b. Hidup itu dapat dipertahankan selama perjalanan
antarbenda angkasa di bumi.
3.
Teori
Fluger
Teori yang
menyatakan bahwa bumi itu berasal dari suatu materi yang sangat panas sekali,
yang mengandung Karbon dan Nitrogen sehingga terbentuk Cyanogen. Senyawa itu
dapat terjadi pada suhu yang sangat tinggi, dan selanjutnya terbentuk zat
protein protoplasma yang menjadi mahluk hidup.
4.
Teori
Moore
Teori ini
menyatakan bahwa Hidup dapat muncul dari kondisi yang cocok atau pas dari bahan
Organik pada saat bumi mengalami pendinginan dalam kondisi tersebut muncullah
hidup itu .
5.
Teori
Allen
Bahwa saat
keadaan berdifusi ( bumi itu keadaannya seperti sekarang ), beberapa reaksi
terjadi yaitu energi yang datang dari sinar matahari diserap oleh zat besi yang
lembab dan menimbulkan pengaturan atom, interaksi antara Nitrogen, Karbon,
Hidrogen, Oksigen dan Sulfur, yang nantinya akan membentuk zat – zat yang difus
yang akhirnya membentuk potoplasma benda hidup.
6.
Generatio
Spontanea
Sebelum abad
17 orang menganggap bahwa makhluk hidup itu terbentuk secara spontan atau
terbentuk dengan sendirinya. Contoh: Ulat timbul dengan sendirinya dari bangkai
tikus, cacing timbul dengan sendirinya dari dalam lumpur, dari gudang padi,
ternyata munculah tikus.
Faham ini
disebut juga abiogenesis makhluk hidup dapat terbentuk dari bukan makhluk
hidup, misalnya dari lumpur timbul cacing. faham ini antara lain dipelopori
oleh Aristoteles.
7.
Omne
Vivum Ex Ovo
Fransisco
Redi (1626-1697) ahli biologi bangsa Italia dapat membuktikan bahwa ulat pada
bangkai tikus berasal dari telur lalat yang meletakan telurnya dengan sengaja
disitu. Dari berbagai percobaannya yang serupa ia memperoleh kesimpulan yang
serupa yaitu bahwa asal mula kehidupan itu adalah telur atau omne vivum ex ovo.
8.
Omne
Ovo Ex Vivo
Lazzaro
Spallanzani (1729 - 1799) juga ahli bangsa Italia dengan percobaannya terhadap
kaldu, membuktikan bahwa jasad renik atau mikroorganisme yang mencemari kaldu
dapat membusukkan kaldu itu. Bila kaldu ditutup rapat setelah mendidih maka tidak
terjadi pembusukan. Ia mengambil kesimpulan bahwa untuk adanya telur harus ada
jasad hidup terlebih dahulu. Maka muncullah teorinya omne ovo ex vivo atau
telur itu berasal dari makhluk hidup.
9.
Omne
Vivum Ex Vivo
Louis
Pasteur (1822-1895) sarjana kimia Perancis melanjutkan percobaan Spallanzani
dengan percobaan berbagai mikroorganisme. Akhirnya ia berkesimpulan bahwa harus
ada kehidupan sebelumnya, agar tumbuh kehidupan yang baru atau disebut omne
vivum ex vivo. Teori ini disebut juga teori Biogenesis dengan konsep dasar
bahwa yang hidup itu tentu berasal dari yang hidup juga. Dengan teori
biogenesis ini maka teori abiogenesis ditinggalkan orang. Akan tetapi dengan
demikian asal mula kehidupan mulai kembali menjadi masalah yang belum
terungkap, namun hampir semua para ahli sependapat bahwa asal mula kehidupan
itu timbul di bumi kita ini, bukan dari angkasa luar.
10. Teori Urey
Harold Urey
(1893) seorang ahli kimia dari Amerika Serikat mengemukakan bahwa atmosfer bumi
pada awal mulanya kaya akan gas-gas metana (CH4), amoniak (NH3), hidrogen (H2)
dan air (H2O). Zat-zat itu merupakan unsur-unsur penting yang terdapat dalam
tubuh makhluk hidup. Diduga karena adanya energi dari aliran listrik halilintar
dan radiasi sianr kosmos unsur-unsur itu mengadakan reaksi-reaksi kimia
membentuk zat-zat hidup. Zat hidup yang mula-mula terbentuk kira-kira sama
dengan keadaan virus yang kita kenal sekarang. Zat itu berjuta-juta tahun
berkembang menjadi berbagai jenis organisme.
11. Teori Oparis Haldane
Alenxande I.
Oparin, ahli biologi Rusia mempublikasikan tentang asal mula kehidupan ,
Rangkuman pendapat itu adalah jasad hidup terbentuk dari senyawa kimiawi dalam
laut pada saat atmosfer bumi belum mengandung oksigen bebas. Senyawa terebut (
asam Amino sederhana, Purin, basa pirimidin serta senyawa senyawa golongan
gula, kemudian terbentuk pula senyawa polipedia asam - asam polinuleat dan
polisakarida yang semuanya terbntuk berkat bantuan sinar ultraviolet, kilatan
listrik, panas dan radiasi.
Jasad Hidup
Pertama disebut protobion, yang hidup dalam laut kira-kira 5-10 meter dibwah
permukaan laut. Ditempat itulah mereka terhindar dari sinar ultraviolet
intensitas tinggi dan sinar matahari yang mematikan. Ketika jasad hidup
berkembang menjadi lebih sempurna dan mampu memproduksi oksigen maka lama
kelamaan terdapat lapisan pelindung berupa Ozon di atmosfer bumi kemudian,
kehidupan merayap di pantai dan akhirnya memenuhi daratan teori ini kembali ke
teori Generatio Spontane tapi melalui proses evolusi ratusan juta tahun
lamanya.
B. Teori Abiogenesis dan Biogenesis
1. Teori
Abiogenesis
Teori
yang dikemukakan Aristoteles ini menyatakan bahwa makhluk hidup tercipta dari
benda tak hidup yang berlangsung secara spontan (generatio spontanea). Misalnya
cacing dari tanah, ikan dari lumpur, dan sebagainya. Teori ini dianut oleh
banyak orang selama beberapa abad.
Aristoteles
(384-322 SM), adalah seorang filsuf dan tokoh ilmu pengetahuan Yunani Kuno.
Sebenarnya dia mengetahui bahwa telur-telur ikan yang menetas akan menjadi ikan
yang sifatnya sama seperti induknya. Telur-telur tersebut merupakan hasil
perkawinan dari induk-induk ikan. Walau demikian, Aristoteles berkeyakinan
bahwa ada ikan yang berasal dari Lumpur.
Aristoteles
(384-322 SM)
Menurut
penganut paham abiogenesis, makhluk hidup tersebut terjadi begitu saja secara
spontan. Itu sebabnya, teori abiogenesis ini disebut juga generation spontanea.
Bila pengertian abiogenesis dan generation spontanea digabung, maka konsepnya
menjadi: makhluk hidup yang pertama kali di bumi berasal dari benda mati / tak
hidup yang terjadinya secara spontan (sebenarnya ini adalah dua teori yang
berbeda, tetapi orang sudah kadung salah kaprah).
Paham
abiogenesis bertahan cukup lama, yaitu semenjak zaman Yunani Kuno (ratusan
tahun sebelum Masehi) hingga pertengahan abad ke-17, dimana Antonie Van
Leeuwenhoek menemukan mikroskop sederhana yang dapat digunakan untuk mengamati
makhluk-makhluk aneh yang amat kecil yang terdapat pada setetes air rendaman
jerami. Oleh para pendukung paham abiogenesis, hasil pengamatan Antonie Van
Leeuwenhoek ini seolah-olah memperkuat pendapat mereka tentang abiogenesis.
Hasil pengamatan Anthoni ditulisnya dalam sebuah catatan ilmiah yang diberi
judul “Living in a drop of water“. Tokoh lain pendukung teori ini adalah John
Needham.
Antonie
Van Leeuwenhoek
2. Teori
Biogenesis
Teori
ini bertentangan dengan teori abiogenesis, karena menganggap bahwa makhluk
hidup berasal dari makhluk hidup yang sudah ada sebelumnya. Tiga tokoh terkenal
pendukung teori ini adalah Francesco Redi, Lazzaro Spallanzani, dan Louis
Pasteur.
a. Francesco
Redi
Francesco Redi
Redi merupakan orang
pertama yang melakukan eksperimen untuk membantah teori abiogenesis. Dia
melakukan percobaan dengan menggunakan bahan daging segar yang ditempatkan
dalam labu dan diberi perlakuan tertentu.
Labu
I : diisi daging segar dan dibiarkan terbuka
Labu
II : diisi daging segar dan ditutup dengan kain kasa
Labu
III : diisi daging segar dan ditutup rapat
Ketiga
labu diletakkan di tempat yang sama selama beberapa hari. Hasilnya adalah
sebagai berikut:
Labu
I : dagingnya busuk, banyak terdapat belatung
Labu
II : dagingnya busuk, terdapat sedikit belatung
Labu
III : dagingnya tidak busuk, tidak terdapat belatung
Percobaan
Francesco Redi
Menurut
Redi belatung yang terdapat pada daging berasal dari telur lalat. Labu ke III
tidak terdapat belatung karena tertutup rapat sehingga lalat tidak bisa masuk.
Sayangnya, meskipun tertutup rapat ternyata pada labu tersebut bisa muncul
belatung. Ini disebabkan karena Redi tidak melakukan sterilisasi daging pada
disain percobaannya.
b. Lazzaro
Spallanzani
Lazzaro Spallanzani
Spallanzani juga
melakukan percobaan untuk membantah teori abiogenesis, tetapi menggunakan bahan
kaldu. Disainnya sebagai berikut:
Labu
I : diisi kaldu lalu dipanaskan dan dibiarkan terbuka
Labu
II : diisi kaldu, lalu ditutup dengan gabus yang disegel dengan lilin,
kemudian
dipanaskan
Setelah
dingin kedua labu diletakkan di tempat yang sama. Beberapa hari kemudian
hasilnya sebagai berikut.
Labu
I : berubah busuk dan keruh, banyak mengandung mikroba (bakteri)
Labu
II : tetap jernih, tidak mengandung mikroba
Percobaan
Lazzaro Spallanzani
Menurut
Spallanzani mikroba yang tumbuh dan menyebabkan busuknya kaldu berasal dari
mikroba yang beraada di udara. Pendukung paham abiogenesis keberatan dengan
disain Spallanzani karena menurut anggapan mereka, labu yang tertutup
menyebabkan gaya hidup (elan vital) dari udara tidak dapat masuk, sehingga
tidak memungkinkan munculnya makhluk hidup (mikroba).
c. Louise
Pasteur
Louise Pasteur
Percobaan
Louise Pasteur
Pada
percobaan Pasteur mikroorganisme terperangkap pada pipa S sehingga tidak bisa
masuk ke dalam kaldu. Jika
labu dimiringkan, dan kaldu sedikit meluap menyentuh bagian pipa S maka
mikroorganisme terbawa masuk ke dalam kaldu. Mikroorganisme yang tumbuh
menyebabkan kaldu menjadi keruh
Pasteur
menyempurnakan percobaan Redi dan Spallanzani. Ia menggunakan kaldu dalam labu
yang disumbat dengan gabus. Selanjutnya gabus tersebut ditembus dengan
pipa berbentuk leher angsa (huruf S), kemudian dipanaskan. Setelah dingin
dibiarkan beberapa hari kemudian diamati. Ternyata air kaldu tetap jernih dan
tidak ditemukan mikroba.
Disain
pipa yang berbentuk leher angsa tersebut memungkinkan masuknya gaya hidup dari
udara, tetapi ternyata tidak didapati makhluk hidup dalam kaldu. Menurut
Pasteur, mikroorganisme yang tumbuh dalam kaldu berasal dari udara. Mereka
tidak bisa masuk karena terhambat oleh bentuk pipa. Hal ini bisa dibuktikan
bila labu dimiringkan sedemikian rupa sehingga kaldu mengalir melalui pipa dan
menyentuh ujung pipa, ternyata beberapa hari kemudian menyebabkan busuknya
kaldu.
Dengan
demikian Pasteur telah membuktikan bahwa teori biogenesislah yang benar.
Muncullah ungkapan :
“ omne vivum ex ovo, omne ovum ex vivo, omne vivum ex vivo”yang artinya: makhluk hidup berasal dari telur, telur berasal dari makhluk hidup, makhluk hidup berasal dari makhluk hidup.
C. Penjelasan Kembali Percobaan yang Dilakukan Ilmuwan
Pencetus Teori Asal Mula Kehidupan di Bumi
Dari banyak
teori mengenai asal-usul kehidupan, terdapat dua teori utama yang dapat
diterima secara luas, yakni teori evolusi kimia dan teori evolusi biologi.
Selain kedua teori tersebut, dijelaskan pula sejarah munculnya teori
abiogenesis dan teori biogenesis yang merupakan awal pemikiran manusia mengenai
asal-usul kehidupan.
1. Teori Abiogenesis
Menurut
teori abiogenesis, makhluk hidup berasal dari benda tidak hidup atau dengan
kata lain makhluk hidup ada dengan sendirinya. Oleh karena makhluk itu ada
dengan sendirinya maka teori ini dikenal juga dengan teori Generatio
Spontanea. Generatio spontanea berarti penciptaan yang terjadi secara
spontan. Artinya bahwa kehidupan berasal dari benda tak hidup yang terjadi
secara spontan. Aristoteles merupakan salah satu pelopor teori ini, teori ini
diajukan oleh Aristoteles pada tahun 384–322 SM. Aristoteles menyatakan bahwa
kehidupan berasal dari benda tak hidup yang terjadi secara spontan. Teori ini
dikemukakan oleh Aristoteles berdasarkan pengamatan adanya larva lalat yang
muncul secara tiba-tiba pada daging yang busuk. Aristoteles berkesimpulan bahwa
larva lalat tersebut berasal dari daging yang busuk.
Pendukung
lain teori Abiogenesis adalah Nedham, seorang ilmuwan dari Inggris. Pada tahun
1713-1781 John Needham melakukan percobaan dengan mengisi beberapa labu
tertutup dengan kaldu daging, kemudian dipanaskan tetapi tidak sampai mendidih.
Selanjutnya labu tersebut ditutup dan disimpan pada suhu kamar. Setelah
beberapa hari, ternyata semua labu menjadi keruh yang menunjukkan bahwa di
dalam labu sudah berisi mikrobia. Berdasarkan hasil percobaannya, Needham menyimpulkan
bahwa mikrobia yang menyebabkan kekeruhan dalam labu berasal dari kaldu daging
yang disiapkan. Berdasarkan percoban tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kehidupan berasal dari benda mati.
Jadi,
menurut paham generation spontanea, semua kehidupan berasal dari benda tak
hidup secara spontan, seperti:
a. ikan dan katak berasal dari lumpur
b. cacing berasal dari tanah
c. belatung terbentuk dari daging yang membusuk
d. tikus berasal dari sekam dan kain kotor.
Akhir tahun
1600, banyak orang percaya mengenai teori generatio spontanea pada hewan.
Bahkan seorang doktor saat itu, Jan Baptist Van Helmont, membuat resep untuk
membuat tikus, yaitu dengan melempar biji-bijian dan kain lusuh ke sudut
ruangan. (Sumber: Heath Biology, 1985)
Setelah
ditemukan mikroskop, Antonie van Leeuwenhoek melihat adanya mikroorganisme
(animalculus) di dalam air rendaman jerami. Temuan ini seolah-olah menguatkan
teori Abiogenesis. Para pendukung teori Abiogenesis menyatakan bahwa
mikroorganisme itu berasal dari jerami yang membusuk. Akan tetapi, Leeuwenhoek
menolak pernyataan itu dengan mengemukakan bahwa mikroorganisme itu berasal
dari udara. Para penganut abiogenesis tersebut di atas dalam menarik kesimpulan
sebenarnya terdapat kelemahan, yaitu belum mampu melihat benda yang sangat
kecil (bakteri, kista, ataupun telur cacing) yang terbawa dalam materi
percobaan yang digunakan.
Hal ini
karena pada zaman Aristoteles belum ditemukan mikroskop. Walaupun ada kelemahan
pada percobaan, tetapi cara berpikir dalam mencari jawaban mengenai asal usul
kehidupan di bumi ini sudah mengacu pada pola metode ilmiah. Tidak semua orang
puas dengan teori yang dikemukakan oleh para penganut paham abiogenesis. Oleh
karena itu, ada orang yang mulai menyelidiki asal-usul makhluk hidup melalui
berbagai percobaan. Walaupun bertahan beratus-ratus tahun, teori Abiogenesis
akhirnya goyah dengan adanya penelitian tokoh-tokoh yang tidak puas dengan
paham Abiogenesis. Tokoh-tokoh ini antara lain: Francesco Redi (Italia, 1626 -
1697), Lazzaro Spallanzani (Italia, 1729 - 1799), dan Louis Pasteur (Perancis,
1822 - 1895)
2. Teori Biogenesis
Teori
Biogenesis menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup. Tokoh
pendukung teori ini antara lain Francesco Redi, Lazzaro Spallanzani, dan Louis
Pasteur. Francesco Redi merupakan orang pertama yang melakukan penelitian untuk
membantah teori Abiogenesis.
a. Percobaan Francesco Redi
Francesco
Redi melakukan penelitian menggunakan 8 tabung yang dibagi menjadi 2 bagian.
Empat tabung masing-masing diisi dengan daging ular, ikan, roti dicampur susu,
dan daging. Keempat tabung dibiarkan terbuka. Empat tabung yang lain
diperlakukan sama dengan 4 tabung pertama, tetapi tabung ditutup rapat. Setelah
beberapa hari pada tabung yang terbuka terdapat larva yang akan menjadi lalat.
Berdasarkan hasil percobaannya, Redi menyimpulkan bahwa ulat bukan berasal dari
daging, tetapi berasal dari telur lalat yang terdapat dalam daging dan menetas
menjadi larva. Penelitian ini ditentang oleh penganut teori Abiogenesis karena
pada tabung yang tertutup rapat, udara dan zat hidup tidak dapat masuk sehingga
tidak memungkinkan untuk adanya suatu kehidupan. Bantahan itu mendapat
tanggapan dari Redi. Redi melakukan percobaan yang sama, namun tutup diganti
dengan kain kasa sehingga udara dapat masuk dan ternyata dalam daging tidak
terdapat larva.
b. Percobaan Lazzaro Spallanzani
Lazzaro
Spallanzani pada tahun 1765 melakukan percobaan untuk menyanggah kesimpulan
yang dikemukakan oleh Nedham. Lazzaro Spallanzani melakukan percobaan dengan
memanaskan 2 tabung kaldu sehingga semua organisme yang ada di dalam kaldu
terbunuh. Setelah didinginkan kaldu tersebut dibagi menjadi 2, satu tabung
dibiarkan terbuka dan satu tabung yang lain ditutup. Ternyata pada tabung yang
terbuka terdapat organisme, sedangkan pada tabung yang tertutup tidak terdapat
organisme.
Percobaan
Spallanzani ini pada prinsipnya sama dengan percobaan Redi, tetapi bahan yang
digunakan adalah air kaldu.
Labu 1 : diisi 70 cc air kaldu, kemudian dipanaskan 15º C
dan dibiarkan terbuka.
Labu 2 : diisi 70 cc air kaldu, kemudian ditutup rapat
dengan sumbat gabus, lalu
dipanaskan dan pada daerah pertemuan gabus
dengan mulut labu dapat
diolesi lilin agar lebih rapat.
Kedua labu
itu ditempatkan di tempat terbuka dan didinginkan. Setelah beberapa hari kemudian,
hasil percobaan menunjukkan bahwa:
Labu 1 : terjadi perubahan, air kaldu menjadi keruh dan
berbau tidak enak, serta
banyak mengandung mikroba.
Labu 2 : tidak ada perubahan sama sekali, air tetap
jernih dan tanpa mikroba.
Tetapi, bila dibiarkan terbuka lebih lama
terdapat banyak mikroba.
Dengan
mikroskop tampak bahwa pada kaldu yang berasal dari labu 1 dan labu 2 terdapat
mikroorganisme. Spallanzani menyimpulkan bahwa timbulnya kehidupan hanya
mungkin jika telah ada kehidupan sebelumnya. Jadi, mikroorganisme tersebut
telah ada dan tersebar di udara. Pendukung abiogenesis menyatakan keberatan
terhadap hasil eksperimen Spallanzani, sebab udara diperlukan untuk berlakunya
generation spontanea. Sedangkan, paham biogenesis beranggapan bahwa udara itu
merupakan sumber kontaminasi.
c. Percobaan Louis Pasteur
Orang yang
memperkuat teori Biogenesis dan menumbangkan teori Abiogenesis hingga tak
tersanggahkan lagi adalah Louis Pasteur (1822 - 1895) seorang ahli
biokimia berkebangsaan Perancis. Pasteur melakukan percobaan penyempurnaan dari
percobaan yang dilakukan Spallanzani. Louis Pasteur melakukan percobaan
menggunakan labu leher angsa. Pertama-tama kaldu direbus hingga mendidih,
kemudian didiamkan. Setelah beberapa hari, air kaldu tetap jernih dan tidak
mengandung mikroorganisme. Adanya leher angsa memungkinkan udara dapat masuk ke
dalam tabung, tetapi mikroorganisme udara akan terhambat masuk karena adanya
uap air pada pipa leher. Namun, apabila tabung dimiringkan hingga air kaldu sampai
ke permukaan pipa, air kaldu tersebut akan terkontaminasi oleh mikroorganisme
udara. Akibatnya setelah beberapa waktu, air kaldu akan keruh karena terdapat
mikroorganisme.
Kesimpulan
percobaan Pasteur adalah mikroorganisme yang ada pada air kaldu bukan berasal
dari cairan (benda tak hidup), melainkan dari mikroorganisme yang terdapat di
udara. Mikroorganisme yang ada di udara masuk ke dalam labu bersama-sama dengan
debu.
Dalam buku versi lain percobaan Louis Pasteur adalah
sebagai berikut:
Percobaan Louis Pasteur hasilnya,
a.
air
kaldu yang terdapat di dalam labu yang tidak berbentuk leher angsa,
mengandung
mikroorganisme.
b.
Adapun
labu yang berbentuk leher angsa dan berhubungan dengan udara luar,
tidak terdapat
mikroorganisme.
Berdasarkan hasil percobaan para
ilmuwan tersebut maka muncullah teori baru yaitu teori Biogenesis yang
menyatakan bahwa:
a. setiap makhluk hidup berasal dari telur = omne vivum
ex ovo
b. setiap telur berasal dari makhluk hidup = omne ovum ex
vivo
c. setiap makhluk hidup berasal dari makhluk hidup
sebelumnya = omne vivum ex
vivo
Perhatikan ikhtisar percobaan yang
dilakukan oleh Nedham, L. Spallanzani, dan L. Pasteur dalam Tabel berikut.
3. Teori Cosmozoic / Kosmozoan
Teori
Cosmozoic atau teori Kosmozoan menyatakan bahwa asal mula makhluk hidup bumi
berasal dari ”spora kehidupan” yang berasal dari luar angkasa. Keadaan planet
di luar angkasa diliputi kondisi kekeringan, suhu yang sangat dingin serta
adanya radiasi yang mematikan sehingga tidak memungkinkan kehidupan dapat
bertahan. Pada akhirnya spora kehidupan itu sampai ke bumi. Teori ini tidak
dapat diterima oleh banyak ilmuwan.
4. Teori Penciptaan (Special Creation)
Teori ini
berpandangan bahwa makhluk hidup diciptakan oleh Tuhan seperti apa adanya.
Paham ini hanya membicarakan perkembangan materi sampai terbentuknya organisme
tanpa menyinggung asal usul materi kehidupan. Penciptaan setiap jenis makhluk
hidup terjadi secara terpisah. Teori ini tidak berdasarkan suatu eksperimen.
5. Teori Evolusi Biokimia
Teori ini
mencoba menggali informasi asal usul makhluk hidup dari sisi biokimia. Menurut
Oparin dalam bukunya yang berjudul The Origin of Life (1936) menyatakan bahwa
asal mula kehidupan terjadi bersamaan dengan evolusi terbentuknya bumi beserta
atmosfernya. Alexander Oparin adalah ahli evolusi molekular berkebangsaan
Rusia. Lebih lanjut, Oparin menjelaskan bahwa pada mulanya atmosfer bumi purba
terdiri atas metana (CH4), amonia (NH3), uap air (H2O), dan gas hidrogen (H2).
Oleh karena adanya pemanasan dan energi alam, berupa sinar kosmis dan
halilintar, gas-gas tersebut mengalami perubahan menjadi molekul organik
sederhana, sejenis substansi asam amino.
Selama
berjuta-juta tahun, senyawa organik itu terakumulasi di cekungan perairan
membentuk primordial soup, seperti semacam campuran materi-materi di lautan
panas. Tahap selanjutnya, primordial soup ini membentuk monomer. Monomer
bergabung membentuk polimer. Polimer membentuk agregasi berupa protobion.
Protobion adalah bentuk awal sel hidup yang belum mampu bereproduksi, tetapi
mampu memelihara lingkungan kimia dalam tubuhnya. Di samping itu, protobion
juga telah memperlihatkan sifat yang berhubungan dengan makhluk hidup, seperti
dapat melakukan metabolisme, kemampuan menerima rangsang, dan bereplikasi
sendiri. Terbentuknya polimer dari monomer-monomer telah dibuktikan oleh Sydney
W. Fox. Dalam percobaannya, Fox memanaskan 18–20 macam asam amino pada titik
leburnya dan didapatkan protein.
Pendapat
Alexander Oparin mendapat dukungan dari ahli kimia Amerika Serikat, bernama
Harold Urey. Urey menyatakan bahwa atmosfer bumi purba terdiri atas gas-gas
metana (CH4), amonia (NH3), uap air (H2O), dan gas hidrogen (H2). Dengan adanya
energi alam (berupa halilintar dan sinar kosmis), campuran gas-gas tersebut
membentuk asam amino.
Pada tahun
1953, seorang mahasiswa Harold Urey, yaitu Stanley Miller (USA) mencoba
melakukan eksperimen untuk membuktikan kebenaran teori yang dikemukakan Urey. Percobaannya
itu juga dikenal dengan eksperimen Miller-Urey.
Alat
percobaan Miller-Urey Terdiri atas bagian yang berupa sebuah tabung tertutup
yang dihubungkan dengan 2 ruangan. Ruangan atas berisi beberapa gas yang
menggambarkan keadaan atmosfer bumi purba. Selanjutnya pada tempat ini diberi
percikan listrik yang menggambarkan halilintar. Kondensor berfungsi untuk
mendinginkan gas, menyebabkan terbentuknya tetesan-tetesan air dan berakhir
pada ruangan pemanas kedua yang menggambarkan lautan. Beberapa molekul kompleks
yang terbentuk di ruangan atmosfer, dilarutkan dalam tetesan-tetesan air ini
dan dibawa ke ruangan lautan tempat sampel yang terbentuk diambil untuk
dianalisis.
a. Teori Evolusi Kimia menurut Harold Urey (1893)
Urey
menyatakan zat-zat organik terbentuk dari zat-zat anorganik. Menurut Urey,
zat-zat anorganik yang ada di atmosfer berupa gas karbondioksida, metana,
amonia, hidrogen, dan uap air. Semua zat ini bereaksi membentuk zat organik
karena energi petir.
Menurut
Urey, proses terbentuknya makhluk hidup dapat dijelaskan dengan 4 tahap, yaitu:
Tahap 1 : Molekul metana, amonia, hidrogen, dan uap air
tersedia sangat banyak di
atmosfer
bumi.
Tahap 2 : Energi yang diperoleh dari aliran listrik halilintar
dan radiasi sinar kosmis
menyebabkan
zat-zat bereaksi membentuk molekul-molekul zat yang
lebih
besar.
Tahap 3 : Terbentuk zat hidup yang paling sederhana yang
memiliki susunan kimia,
seperti
susunan kimia pada virus.
Tahap 4 : Zat hidup yang terbentuk berkembang dalam waktu
jutaan tahun menjadi
organisme
(makhluk hidup) yang lebih kompleks.
b. Teori kimia menurut Stanley Miller
Miller
adalah murid Harold Urey yang berhasil membuat model alat yang digunakan untuk
membuktikan hipotesis Urey. Miller memasukkan uap air, metana, amonia, gas
hidrogen, dan karbondioksida ke dalam tabung percobaan. Tabung tersebut
kemudian dipanasi. Untuk mengganti energi listrik halilintar ke dalam perangkat
alat tersebut dilewatkan lecutan listrik bertegangan tinggi sekitar 75.000
volt. Hal ini dimaksudkan untuk meniru kondisi permukaan bumi pada waktu
terjadi pembentukan zat organik secara spontan. Dengan adanya energi listrik,
terjadilah reaksi-reaksi yang membentuk zat baru. Zat-zat yang terbentuk
didinginkan dan ditampung. Hasil reaksi kemudian dianalisis. Ternyata, di
dalamnya terbentuk zat organik sederhana, seperti asam amino, gula sederhana
seperti ribosa dan adenin. Dengan demikian, Miller dapat membuktikan bahwa zat
organik dapat terbentuk dari zat anorganik secara spontan.
Miller
menggunakan campuran gas yang diasumsikan terdapat di atmosfir bumi purba,
yaitu amonia, metana, hidrogen, dan uap air dalam percobaannya. Oleh karena
dalam kondisi alamiah gas-gas itu tidak mungkin bereaksi, Miller memberi
stimulus energi listrik tegangan tinggi, sebagai pengganti energi alam (halilintar
dan sinar kosmis). Miller mendidihkan campuran gas tersebut pada suhu 100
derajat C selama seminggu. Pada akhir percobaan, Miller menganalisis
senyawa-senyawa kimia yang terbentuk di dasar gelas percobaan dan menemukan 3
jenis dari 20 jenis asam amino.
Keberhasilan
percobaan Miller ini memunculkan hipotesis lanjutan tentang asal usul
kehidupan. Para evolusionis menyatakan bahwa asam-asam amino kemudian bergabung
dalam urutan yang tepat secara kebetulan untuk membentuk protein. Sebagian
protein-protein yang terbentuk secara kebetulan ini menempatkan diri mereka
pada struktur seperti membran sel yang diikuti pembentukan sel primitif.
Sel-sel ini kemudian bergabung membentuk organisme hidup. Mereka menyebutnya
sebagai evolusi biologi.
6. Evolusi Biologi
Teori
biologi merupakan teori evolusi kimia, yang berpendapat bahwa bumi ini pada
awalnya sangat panas sekali, kemudian suatu ketika bumi mengalami proses
pendinginan. Dari proses-proses tersebut maka dapat dihasilkan bahan-bahan
kimia. Bahan-bahan yang berat akan menyusun bumi sedangkan bahan yang ringan
akan menyusun atmosfer.nnya ini asam amino tersebut belum menunjukkan gejala
hidup.
A.I Oparin
Oparin adalah seorang ilmuwan
berkebangsaan Rusia. Oparin juga memiliki gagasan yang sama seperti Urey,
tetapi Oparin tidak dapat membuktikan bahwa reaksi gas CH4, NH3, H2 dan H2O
membentuk asam amino. Ia berpendapat bahwa asam amino terbentuk secara alami.
Menurut Oparin, lautan bumi pada awalnya memiliki persediaan cukup bahan-bahan
organik. Dalam waktu yang lama maka bahan-bahan organik tersebut akan berikatan
satu dengan lainnya membentuk selaput-selaput, kemudian molekul organik
berselaput ini akan mengikat molekul lainnya dan menyatukan diri sehingga
terbentuk gabungan molekul baru yang karakteristik. Ikatan kompleks inilah yang
diperkirakan merupakan awal dari kehidupan.
Alexander
Oparin (1894-1980) adalah seorang ahli biokimia berkebangsaan Rusia. Tahun 1917
Oparin menyelesaikan studinya di Universitas Moscow dan menjadi profesor biokimia
pada tahun 1927. Oparin merupakan salah satu ahli yang mengungkapkan asal usul
kehidupan dari sudut pandang fisika dan kimia.
Oparin dan
Haldane serta teori Urey menyebutkan bahwa zat organik (asam amino) yang
merupakan bahan dasar penyusun makhluk hidup, pada mulanya terakumulasi di
lautan.
Kenyataan
saat ini menunjukkan bahwa dalam sel-sel tubuh makhluk hidup mengandung garam
(NaCl). Hal ini mendasari kesimpulan bahwa makhluk hidup berasal dari laut.
Evolusi
biologi dimulai pada saat pembentukan sel. Asam amino yang terbentuk dari
evolusi kimia akan bergabung membentuk makromolekul. Hal ini dibuktikan pada
penelitian Sidney W. Fox. Larutan yang mengandung monomer-monomer organik
diteteskan ke pasir, batu, atau tanah yang panas sehingga mengalami
polimerisasi. Hasil polimerisasi ini dinamakan proteinoid. Apabila proteinoid
dicampur dengan air dingin terbentuklah kumpulan proteinoid yang menyusun
tetesan kecil yang disebut mikrosfer. Mikrosfer memiliki beberapa sifat hidup
yang mempunyai membran selektif permeabel namun belum dapat dikatakan hidup.
Kumpulan
proteinoid
Proteinoid merupakan polipeptida yang secara spontan
berpolimerisasi dari penguapan kumpulan asam amino. Proteinoid dibentuk oleh
aktivitas vulkanik yang tinggi.
Oparin
menggunakan istilah koaservat untuk mikrosfer. Koaservat merupakan tetesan
koloid yang terbentuk saat larutan protein, asam nukleat, dan polisakarida
dikocok. Substansi dalam koaservat dapat membentuk enzim yang berperan dalam
pengambilan bahan dari lingkungan sebagai bahan pembentuk tubuh. Adanya deretan
molekul-molekul lipid dan protein yang membatasi koaservat dengan lingkungan
luar sekitarnya, telah dianggap sebagai selaput sel primitif. Selaput sel
primitif ini menyebabkan stabilitas koaservat akan tetap terjaga. Selaput sel
primitif ini diperkirakan berperan dalam pengaturan pertukaran substansi antara
koaservat dan lingkungan sekitarnya. Koaservat dengan selaput lipid protein
mungkin merupakan tipe sel primitif yang disebut protosel. Protosel kemudian
akan membentuk sel awal yang merupakan permulaan dari organisme uniselular.
Oleh karena keadaan atmosfer saat itu tidak mengandung O2, organisme awal
tersebut diperkirakan bersifat prokariotik, anaerob, dan heterotrof.
Perkembangan
protosel menjadi organisme uniselular maupun multiselular tidak terlepas dari
sistem genetik pada protosel itu sendiri. Sehubungan dengan hal itu, seorang
ahli biokimia dari Havard yaitu Walter Gilbert pada tahun 1986 mengajukan
hipotesis dunia RNA. Menurut hipotesis itu, miliaran tahun yang lalu sebuah
molekul RNA yang dapat mereplikasi terbentuk secara kebetulan. Melalui
pengaktifan oleh lingkungan, RNA ini dapat memproduksi protein. Selanjutnya,
diperlukan molekul kedua untuk menyimpan informasi tersebut, maka dengan suatu
cara tertentu terbentuklah DNA.
Sistem genetik yang pertama
a. Gen pertama terbentuk dari polimerisasi secara spontan
beberapa nukleotida.
b. RNA sederhana mengalami replikasi, tanpa keberadaan
protein katalitik atau enzim.
c. RNA yang terdiri atas intron dan ekson mensintesis
polipeptida (protein) dengan
cara melepaskan intron-intron.
d. Enzim reverse transkriptase merupakan enzim pertama
dalam sistem ini
yang memungkinkan terbentuknya DNA.
e. Sel awal yang terdiri atas DNA, masih merupakan
hubungan antara intron dan
ekson.
Catatan:
1. Intron dan ekson biasanya merupakan kelipatan kode
triplet.
2. Intron adalah penyusun RNA yang tidak dapat diekspresikan,
sedangkan ekson
merupakan penyusun RNA yang dapat diekspresikan.
Segera
setelah protosel memperoleh gen yang mampu mereplikasi menyebabkan protosel
mampu bereproduksi, dan dimulailah proses evolusi biologi. Sejarah kehidupan
pun telah dimulai. Selanjutnya organisme-organisme mengalami proses evolusi
menurut jalur kehidupan yang berbeda-beda.
Teori Asal-Usul Kehidupan Lain
1. Teori Kreasi Khas
Teori Kreasi
Khas menyatakan bahwa asal usul kehidupan diciptakan oleh zat supranatural
(gaib) pada saat yang istimewa. Teori ini dikenal dengan nama Teori Kreasi Khas
atau Teori Penciptaan Khusus. Carolus Linnaeus adalah salah satu pengikut teori
ini.
2. Teori Kataklisma
Teori
kataklisma menyatakan bahwa asal semua spesies diciptakan sendiri-sendiri dan
berlangsung dalam periodeperiode, di antara periode yang satu dengan yang lain
terjadi bencana yang menghancurkan spesies lama dan memunculkan spesies baru.
Pandangan ini dipelopori oleh cuvier.
Referensi:
http://biologimediacentre.com/asal-usul-kehidupan-biogenesis-versus-abiogenesis-1-2/
http://www.biomagz.com/2016/09/teori-asal-usul-kehidupan-teori.html
http://rosdaliarahman.blogspot.co.id/2012/12/makalah-asal-mula-kehidupan-di-bumi.html
Komentar
Posting Komentar